Kamis, 12 November 2009

The Specials

The Specials (2000) More at IMDbPro »




Overview

User Rating:
5.9/10 1,246 votes
MOVIEmeter: ?

Up 6% in popularity this week. See why on IMDbPro.

Director:

Craig Mazin

Writer:

James Gunn (writer)

Contact:

View company contact information for The Specials on IMDbPro.

Genre:

Comedy more

Tagline:

They're Not Incredible, They're Just Special more

Plot:

The sixth or seventh best superhero team in the world pursue their rightful place in the harshly competitive world of toy tie-ins and fighting evil. full summary | add synopsis

NewsDesk:
(8 articles)

Ellen Page to be Rainn Wilson’s ‘Super’ Sidekick
(From The Flickcast. 2 October 2009, 10:30 AM, PDT)

James Gunn Makes Rainn Wilson 'Super'
(From Cinematical. 11 September 2009, 12:15 PM, PDT)

User Comments:

for people who aren't fooled by special effects more (54 total)


Cast

(Cast overview, first billed only)

Jordan Ladd ... Nightbird

Rob Lowe ... The Weevil

Jamie Kennedy ... Amok
Mike Schwartz ... U.S. Bill

Thomas Haden Church ... The Strobe

Paget Brewster ... Ms. Indestructible
Kelly Coffield Park ... Power Chick (as Kelly Coffield)
Sean Gunn ... Alien Orphan

Judy Greer ... Deadly Girl

James Gunn ... Minute Man

Jim Zulevic ... Mr. Smart
Johnny Mountain ... News Anchor
John Doe ... Eight

Abdul Salaam El Razzac ... Eight

Lauren Cohn ... Eight
more
Create a character page for: ?

Additional Details

MPAA:

Rated R for strong language.

Runtime:

82 min

Country:

USA

Language:

English

Color:

Color

Aspect Ratio:

1.85 : 1 more

Sound Mix:

Dolby

Certification:

Australia:M | USA:R


Fun Stuff

Trivia:

Filmed in 18 days. more

Quotes:

[first lines]
Nightbird: I've been a humongous fan of the Specials since I was knee-high to... something for sure. All my friends would make fun of me because the Specials were not a "cool" group like the Amazing Trio or the Crusaders. But, you know, screw that. I also liked Winger better than Bon Jovi. I still do. I don't care what the critics say.
more

Movie Connections:

References "Starsky and Hutch" (1975) more

Soundtrack:

My Balls more


FAQ

This FAQ is empty. Add the first question.
5 out of 5 people found the following comment useful.
for people who aren't fooled by special effects, 17 May 2001
9/10
Author: xander2001 from Ohio

this is a wonderful movie, but if you're looking for flashy effects and big action scenes, rent a terminator movie. This is a movie for people who want to see interesting characters and personal interactions. It's full of great one-liners, and the movie masters the art of the pause. It made me interested in the characters themselves and i wish it had developed their history more, but there is only so much you can do in one movie. However the webpage has additional information on each hero in the group. I both hope and fear a possible sequel. I want more specials, but i don't want caddyshack 2.

Was the above comment useful to you?
more (54 total)

Message Boards

Discuss this movie with other users on IMDb message board for The Specials (2000)
Recent Posts (updated daily)User
This is THE ANTIDOTE buenoexcellente
Does anyone shrink in this movie?? decks89
Napoleon Dynamite Stole His Dance From This Movie mistereight8888
This movie will have a second life in the next few years zoom56okdavid
The Commentary track . . . LeaveItToReaver
What were their Special Abilites?

bob marley

:: Bob Marley ::

Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam. Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika. Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.

Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika. Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.

The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.

Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

bob marley

:: Bob Marley ::

Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam. Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika. Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.

Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika. Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.

The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.

Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

tony Q

Wawancara Tony Q ::

Musik Reggae adalah musik jiwa tentang kedamaian dalam menjalani segala hal dengan postif dalam kehidupan secara personal maupun masyarakat luas. Ada sosok musisi Reggae yang memiliki karakter easy going, membuat hidup lebih hidup, melakukan hal-hal yang terbaik khususnya untuk perkembangan musik reggae. Dan, rasanya belum lengkap jika kami belum bertemu dengan musisi Reggae Indonesia yang low profile yaitu Tony Q yang telah meluangkan waktu di sela-sela performingnya di acara 1 Love 1 Heart di STIE Perbanas pada tanggal 31 Mei 2007, Kuningan, Jakarta.

Berikut ini cuplikan wawancara Carolin T dari indoreggae.com dengan Tony Q :

( Photo : Carolin. T / indoreggae.com )

Hal-hal apa saja yang membuat memilih genre Reggae ?
Sebenarnya berdasarkan pengalaman batin aja sich, banyak alasan yang mebuat memilih genre reggae.

Sejak kapan mulai konsen di genre reggae?
Belum lama sich sekitar 1989.

Apakah harus Dreadlock bagi pecinta maupun praktisi musik reggae?
Pencinta musik reggae tidak harus gimbal, sebenarnya juga kembali pada filosofi itu sendiri bagaimana pendengar dan perilaku dalam menyikapi lirik atau musik reggae itu seperti apa.

Inspirasi lagu dari mana (influencenya)?
Tentu saja Bob Marley, dia seorang yang fenomenal secara musical, penulisan liriknya bagus.

Sudah berapa album? Bisa sebutkan?
- 1996 Rambut Gimbal
- 1997 Gue Falling In Love
- 2000 Damai dengan cinta
- 2003 Kronologi
- 2005 Salam damai

Selain bermusik ada hobi lain?
Ada, sebenarnya banyak sih...tapi saya suka melukis...

Harapan Mas terhadap perkembagan musik reggae di Indonesia?
Ditekankan pada para pelaku musik reggae, bagaimana esensi musik reggae di perjuangkan bukan sekedar gimbal atau ganja. Dan yang paling penting esensi perdamaian, kemerdekaan arti sebuah musik, dan lebih pada edukasi agar tidak menjadi salah mengartikan musik reggae itu sendiri.

Pengalaman yang paling berkesan selama bermusik ?
Salah satu lagu saya yaitu Pat Gulipat masuk dalam kompilasi World Reggae berjudul Reggae Playground bersama musisi reggae dunia yang diproduksi oleh Putu Mayo World Record.

Salam Damai..!

history rancid

History

[edit] Early history (pre-1993)

Tim Armstrong and Matt Freeman had been playing together in the influential[6] ska punk band Operation Ivy from 1987-1989. When Operation Ivy broke up they decided to form a new band, and started another ska punk band called Downfall, which only lasted a few months. They then started a hardcore punk group called Generator,[7] which also quickly broke up. They also started two other ska influenced bands, and Dance Hall Crashers, but moved on quickly from both. In 1991 Tim and Matt decided to try starting yet another band. They recruited drummer Brett Reed and formed Rancid.

Rancid's first recorded release was a 1992 EP for Operation Ivy's old label Lookout! Records. Shortly after releasing this, the band was signed to Bad Religion guitarist Brett Gurewitz's label, Epitaph Records. Rancid would release their self titled debut album for Epitaph in 1993.

[edit] Breakthrough success (1994-1996)

While Rancid was writing for a follow-up album, Green Day's Billie Joe Armstrong, a friend of the band, joined them to co-write the song "Radio". Tim had previously asked Lars Frederiksen to be Rancid's second guitarist, but he turned down the request initially as he was playing with Charlie Harper’s UK Subs at the time. Frederiksen later changed his mind and decided to join Rancid.

Frederiksen played with the band on 1994's Let's Go. That year their then-label-mates, The Offspring, experienced a huge success with their album Smash. The Offspring took Rancid on tour with them,[8] and helped Let's Go make it to #97 on Billboard's Heatseekers and Billboard 200 charts, respectively. With the success of the album the band was pursued by several major labels, including Madonna's Maverick Records.[9]

The band eventually decided to stay on Epitaph, and the next year released their third album ...And Out Come the Wolves. That album quickly surpassed Let's Go in terms of success. Three of the album's singles, "Roots Radicals", "Time Bomb", and "Ruby Soho" all charted on the North American Billboard Modern Rock Tracks, and the band performed two of these songs on Saturday Night Live.[10] Tim Armstrong is also the main inpiration for the new motorpunk scene which takes place in N. Las Vegas, NV.

[edit] Middle years (1997-2003)

After two years of touring for ...And Out Come the Wolves, Rancid returned to the studio in 1997 to begin recording their fourth album, Life Won't Wait, which was released on June 30, 1998. The album branched out from Rancid's previous musical styles, and combined punk rock with elements of roots reggae, rockabilly, dub, hip-hop, and funk. Due to this it was often compared to The Clash's Sandinista!.[11] Unfortunately, the album was not as successful as ...And Out Come the Wolves, but has since garnered a strong cult following in recent times. In 1999, Rancid decided to end their seven year relationship with Epitaph and signed with Tim Armstrong's founded Hellcat Records (which was a division of Epitaph).

A second self-titled album was released in 2000 and would be their first release on Hellcat. The album failed to meet the success of Rancid's previous three albums and peaked at number 68 on the billboard charts.[12]

2002 saw Rancid's three original members release three songs under the name Devil's Brigade, one on the Give 'Em the Boot III compilation, and two on a 12" vinyl record. Also that year, all four members of the band played on BYO Split Series, Vol. 3, a split album with NOFX in which Rancid covered NOFX songs and NOFX covered Rancid songs.

After a break from touring in 2001, Rancid returned to the studio with Gurewitz in 2002 to record their sixth album, Indestructible, which was released on August 19, 2003. It featured the hit song "Fall Back Down", and was Rancid's highest charting album ever, peaking at number 15.[12]

Unlike all their previous albums, Indestructible was distributed by a major record label, Warner Bros. Records.[13].

[edit] Hiatus (2004-2005)

In 2004, after a tour for Indestructible, Rancid went on an extensive hiatus. The band members spent time working with side projects, although they had not officially disbanded.

Armstrong continued to play with his side project the Transplants, who released their second album, Haunted Cities, in 2005. He also contributed guitar and backup vocals on Cypress Hill's hit single "What's Your Number?" from their tenth album Till Death Do Us Part. He also released a solo album, A Poet's Life in May 2007.

Frederiksen continued working with his side band Lars Frederiksen and the Bastards and released its second album, Viking, in 2004, Tim Armstrong helped produce and write it.

Freeman briefly toured with Social Distortion in 2004 as John Maurer's replacement until they found their current bassist Brent Harding.

[edit] Reformation and new album (2006-present)

In early 2006, Rancid would reunite to embark on a successful tour and played several acoustic sets as part of Hellcat Records' Hellcat Nights concert series at The Echo. This was the first time the band had played together since their hiatus. On April 13, 2006, Rancid announced plans for a worldwide tour beginning in July 2006, and the release of a DVD compiling 31 of their music videos, as well as a tentative release date of Spring 2007 for a new as-of-yet-unnamed studio album.

Like many other bands once on the Lookout! Records roster, in September 2006, Rancid pulled their self-titled EP from the catalog.[14]

On November 3, 2006, Reed left Rancid and was replaced by former Used drummer Branden Steineckert. Steineckert was let go from The Used for reasons that have not been made public, but he announced he doesn't feel bitter about it and his new home is with Rancid, joining the band permanently. A full blog describing his feelings may be found at Steineckert's MySpace.

Armstrong released his much anticipated solo LP entitled A Poet's Life on May 22, 2007. The disc features 10 songs, and the album itself is packaged with a bonus DVD featuring a video for each song on the album.

According to new drummer Branden's Myspace blog, Rancid had finished writing their long-awaited follow-up to Indestructible. This would be their first album without the "classic" line-up, with Branden Steineckert replacing Brett Reed on drums. The record was written at Branden's Unknown Studios in Utah and was recorded in California. On February 3, 2009, it was announced that the band finished recording their new album and aiming for a spring release.[15] but then pushed it back once again to a Summer release.

In December 2007, it was announced that Rancid would release B Sides and C Sides. It is a compilation of songs that have been premiered on the flipside of records and numerous compilations.

On February 18, 2008, Punknews.org reported that Rancid would be touring Japan in April for a handful of shows following their two days headlining the Punkspring 2008 festival.[16] Following the Japanese tour, Rancid will also embark on a full scale U.S. tour during the summer and a UK winter tour.[17]

Rancid will be touring again in the summer with Rise Against, Riverboat Gamblers, and Billy Talent through North America. The tour will begin on June 4, 2009 in Vancouver, British Columbia and will end in Toronto, Ontario on July, 31[18].

Rancid used to host a one hour once a week XM radio show. The show was called Rancid Radio and was on "Fungus" channel 53 Saturday at midnight. However, the show has been cancelled due to Fungus 53 being pulled from XM's programming.

On March 30, 2009 Punknews.org reported that Rancid's newest album would be released on June 2, 2009 and would be titled Let The Dominoes Fall. It was also announced that the album was recorded at the Skywalker Sound studio in Nicasio, California, and features an organ performance from Booker T. Jones.[19]

On April 7, 2009 Rancid released an electronic widget via their MySpace with a song off their upcoming new album. The track, titled "Last One to Die", is available for free download.

In late May 'Let The Dominoes Fall' was streamed in its entirety on the band's Myspace.

On June 10 2009, the band appeared as the musical guest on The Tonight Show with Conan O'Brien playing "Last One to Die" off of their new album.[20]

[edit] Lineups

Current
Former

[edit] Collaborations

  • Rancid collaborated with reggae artist Buju Banton on the song "Misty Days," which appeared on his album Unchained Spirit. This was considered a controversial move by some, due to Banton's history of extreme homophobia. The song also appeared on Give 'em the Boot II without the reggae lines that Banton delivers in the Unchained Spirit version.
  • Rancid collaborated with Stubborn All-Stars on the song "I Wanna Riot" for the Beavis and Butt-Head Do America soundtrack. Both bands also collaborated for a live cover of "The Harder They Come" for the "Tibetan Freedom Concert". Rancid also collaborated with Stubborn All-Stars on their album Back With A New Batch, providing backing vocals for several songs.
  • Rancid collaborated on Buccaneer's "Bruk Out" on the Give 'Em The Boot II compilation.
  • Rancid collaborated with Dr Israel on the track 'Coppers', which appeared on Rancid's Life Won't Wait and also Israel's Inner City Pressure.
  • Rancid collaborated with Iggy Pop on the song "No Fun" on the Give 'Em The Boot DVD.

Kamis, 05 November 2009

Ska

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Broom icon.svg
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

[sunting] Latar Belakang Sejarah

Adalah Perang Dunia II yang mengubah segalanya. Kekuasaan Inggris terhadap negara-negara jajahannya runtuh sebelum masa PD II & terpecah belah pada saat pertengahan masa peperangan. Inggris memeberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya setelah mendapat tekanan dari pemerintahan kolonial. Pada tahun 1962 Jamaika membentuk pemerintahan sendiri meskipun masih tetap sebagai negara persemakmuran. Budaya Jamaika & musiknya mulai terefleksi dalam optimisme baru & aspirasi rakyat yang liberal.

Sejak tahun 40'an Jamaika telah mengadopsi & mengadaptasi berbagai bentuk musik dari Amerika. Pada saat PD II berakhir, begitu banyak band-band di Jamaika yang memainkan musik-musik dansa. Grup seperti Eric Dean Orchestra dengan trombonisnya Don Drummond & master gitarisnya Ernest Ranglin terpengaruh oleh musisi-musisi jazz Amerika seperti Count Bassie, Erskine Hawkins, Duke Ellington, Glenn Miller & Woody Herman. Ditahun 50'an ketenaran band-band jazz di Amerika digantikan oleh grup-grup yang kecil & cenderung lebih memainkan irama bop/rhythm & blues sound. Musisi Jamaika yang sering berkunjung ke Amerika terpengaruh & membawa pola permainan musik tersebut ke daerah asalnya. Band-band lokal di Jamaika seperti Count Smith The Blues Blaster, Sir Nick The Champ & Tom The Great Sebastian mulai memainkan gaya baru tersebut. Ditahun 1954, pertunjukan terbesar pertama kali diadakan di kota Kingston tepatnya di Ward Theatre. Band-band tradisional yang memainkan irama mento-folk-calypso ikut ambil bagian & sering sekali band-band tersebut mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Jamaika & seputar pulau tersebut. Pada akhir tahun 50'an pengaruh-pengaruh jazz, R&B, & mento (sejenis musik calypso) melebur menjadi satu bentuk baru yang dinamakan 'shuffled'. Irama shuffled memperoleh popularitas berkat kerja keras musisi-musisi seperti Neville Esson, Owen Grey, The Overtakers & The Matador Allstars. Banyak studio & perusahaan rekaman yang mengalami perkembangan & terus berusaha untuk mencari talenta-talenta baru. The Jamaican Broadcasting Corporation pun ikut membangkitkan semangat kepada musisi-musisi muda melalui siaran acara-acara di radio.

Dua orang yang amat berpengaruh dalam perkembangan musik di Jamaika pada tahun 50'an adalah Duke Reid & Clement Seymour Dodd. Bersama istrinya, Duke Reid memiliki toko 'Treasure Island Liquor' yang berlokasi di jalan Bond (Bond street). Soundsystem Reid dikenal dengan nama 'The Trojan', diambil dari tulisan yang tertera pada truknya. Truk yang biasa digunakan sebagai angkutan barang untuk tokonya. Dodd menamakan soundsystem miliknya 'Sir Coxsone Downbeat' yang diambil dari nama pemain kriket asal Yorkshire, Coxsone. Sepanjang akhir dekade, kedua orang tersebut memimpin persaingan dalam bisnis musik. Walaupun Coxsone lebih dekat dengan 'Ghetto'(perkampungan yang didiami kaum atau kelompok tertentu) Adalah Reid yang dianugerahi sebagai 'King of sound & blues' di Success Club (acara penganugerahan) di tahun 1956, 1957, 1958.

Tahun 1962, saat di mana Jamaika sedang gandrung meniru musik-musik Amerika, Cecil Bustamente Campbell yang kemudian dikenal dengan nama 'Prince Buster', tahu bahwa sesuatu yang baru amat dibutuhkan pada saat itu. Ia memiliki seorang gitaris yang bernama Jah Jerry yang kemudian bereksperimen di musik dengan menitikberatkan 'ketukan 'afterbeat' ketimbang 'downbeat'. Hingga pada saat ini ketukan afterbeat menjadi esensi dari singkop (penukaran irama) khas Jamaika. Ska pun lahir. Soundsystem/studio rekaman pun mulai merekam hasi kerja mereka. Dengan tidak memberikan label pada vinyl (piringan hitam) dengan tujuan agar memperolehkeuntungan diantara para pesaingnya. Sehingga yang lain tidak dapat melihat apa yang dimainkan & 'mencuri' untuk sondsystem mereka sendiri.

Perang antar soundsystem pun memuncak hingga pada saat para donatur terancam oleh segerombol orang-orang yang menyebabkan permasalahan. Orang-orang ini dinamakan 'Dance Hall Crashers'. Meskipun fasilitas Mono Recording yang masih primitif, adalah keteguhan hati dari antusiasnya akan musik ska yang memungkinkan untuk menjadi musik komersil dari Jamaika yang pertama kali. Dan kenyataannya ska dikenal sebagai musik dansa rakyat Jamaika.

Sepanjang tahun 60'an wilayah ghetto di Jamaika dipenuhi oleh pemuda-pemuda yang mencari pekerjaan. Pada waktu itu amat susah di dapat. Pada awalnya pemuda-pemuda ini tidak tertarik dengan optimisme musik ska. Pemuda-pemuda tersebut menciptakan identitas kelompok sebagai 'Rude Boy' (sebuah trend dikalangan pemuda yang pernah terjadi pada periode awal tahun 40'an) Menjadi 'Rude' artinya menjadi seseorang dimana masyarakat menganggapnya tidak berguna. Gaya dansa ska para Rude Boy memiliki ciri khas tersendiri, lebih pelan, dengan tingkah seakan-akan meninju seseorang. Rude Boy memiliki koneksitas dengan 'Scofflaws'(orang-orang yang selalu menentang hukum) & dunia kriminal lainnya. Hal ini terefleksikan dalam lirik-lirik lagu ska. (catatan: gaya penampilan berpakaian Rude Boy yaitu dengan celana panjang yang mengatung hanya semata kaki). Musik ska sekali lagi mengalami perubahan untuk merefleksikan 'Mood of the rude' dengan menambahkan tensi pada permainan bass yang disesuaikan dengan gaya sebelumnya yaitu 'free-walking bass style'.

Banyak yang berbondong-bondong mengadu nasib di kota Kingston untuk memperoleh ketenaran dalam industri musik yang kemudian beralih menjadi penjual ganja ketika gagal & modal makin menipis. Banyak pula yang berkecimpung dalam dunia kriminal (tergambar dalam film 'The Harder They Come' yang diperankan oleh Jimmy Cliff ...film ini dipercaya mengisahkan tentang perjalanan hidup Jimmy Cliff)

Dua partai politik yang ada di Jamaika membentuk banser bersenjata. Opini publik pun mengarah pada penentangan terhadap kelompok Rude Boy & penggunaan senjata api. Peraturan pemilikan senjata api pun ditilik kembali setelah melalui periode dimana kepemilikan senjata diperbolehkan asal tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Siapa pun yang memiliki senjata api yang ilegal, diancam hukuman penjara seumur hidup

Artis & produser mendukung bahkan 'memaafkan' atas prilaku kelompok Rude Boy melalui musik ska. Dukungan untuk tidak menggunakan senjata api terefleksi dalam lagu-lagu seperti "Lawless street" dari kelompok Soul Brothers, "Gunmen coming to town" The Heptones. Duke Reid memproduseri salah satu grup ska The Rude Boy (shuffling down Bond street) C.S. Dodd pun ikut memproduseri grup muda yang memiliki visi musik mereka sebagai 'rudies' yaitu kelompok The Wailers ( Bob Marley, Peter Tosh, Bunny Wailer). Prince Buster menemukan seseorang yang memiliki mitos karakter sebagai Rude Boy yaitu Judge Dread. Lagu "007 Shanty Town" yang dinyanyikan oleh Desmond Dekker adalah sebuah karya cemerlang dalam mendokumentasikan perilaku Rude Boy kedalam sebuah lagu (berhasil memasuki urutan tangga lagu ke 14 di UK Charts)

Tema rude boy masih mendominasi sepanjang periode ska, dan popularitasnya memuncak sepanjang musim panas tahun 1964. Beat ska menjadi lebih lambat & Rocksteady pun lahir. Gelombang ska pertama berakhir pada tahun 1968 (Rocksteady adalah bagian cerita lain: Rocksteady kemudian melahirkan musik Reggae. Popularitas musik Reggae di Inggris di sebarkan oleh Skinhead; kelompok Rastafarian mengadopsi musik Reggae & lirik-lirik lagunya cenderung bertemakan ajaran Rastafari & pandangan Relijiusnya, Reggae pun berkembang menjadi 'Dub', 'Dancehall', & seterusnya ...& seterusnya ...)

[sunting] Gelombang Ke Dua (Second Wave)

Memasuki gelombang kedua ...sebelumnya marilah kita lihat beberapa sejarah ska lainnya: ditahun 1962, saat di mana Inggris menjanjikan jaminan secara tak terbatas kepada para imigran yang berasal dari negara-negara persemakmurannya, kerusuhan ras pun terjadi. Disaat itu musik ska & Reggae sedang populer. Dibawa dari Jamaika oleh banyak musisi & produser yang ikut berimigrasi, termasuk 'The Trojan' & seorang kelahiran Kuba, Laurel Aitken. Pada tahun 70'an, imej Rude Boy diperbaharui & ter-ekspresi dalam penggabungan 2 jenis musik yang masih tergolong baru di Inggris yaitu Reggae & Punk oleh band The Clash (Rudie can't fail). Antara pertengahan hingga akhir tahun 70'an, band seperti The Coventry Automatics memilih untuk memainkan ska ketimbang Reggae karena menurut Jerry Dammers (pendiri band tersebut), memainkan musik ska lebih mudah & gampang. The Coventry Automatics merubah namanya menjadi The Specials AKA The Automatics, kemudian berubah lagi menjadi The Specials.

Selanjutnya pada tahun 1979 Jerry Dammers mendirikan 2Tone Records. Keinginan Dammers layaknya seperti Prince Buster di awal tahun 60'an yaitu menciptakan sesuatu yang baru. Hitam & putih menjadi simbol. Lahirlah yang dinamakan dengan 2Tone ska. Logo 2Tone yaitu gambar kartun pria berpakaian jas hitam dengan kemeja putih, dasi hitam, topi 'pork pie', kaca mata hitam, kaus kaki putih & sepatu 'loafers' hitam menjadi logo resmi yang karakternya di beri nama 'Walt Jabsco' (diambil dari nama Walt Disney, pendiri film kartun & Jabsco berarti ganja dalam bahasa slang latin). Diciptakan oleh Dammers sendiri berdasarkan pose Peter Tosh pada sebuah photo awal kelompok The Wailers yang dapat di lihat pada cover album 'The Wailing Wailer Studio One Realease'.

Pada saat kerusuhan ras sedang terjadi, & organisasi rasis 'National Front' sedang tumbuh pesat, pakaian hitam putih & band yang anggota nya terdiri dari multi ras, mengetengahkan lagu-lagu yang bertemakan 'unity' disaat negara tersebut sedang terpecah belah oleh isu rasial. Sama halnya dengan musik ska di Jamaika, situasi yang terjadi pada saat itu terefleksi kedalam lirik lagu, seperti "Racist Friend" The Specials AKA. Band-band seperti Madness, The Beat, The Selecter, The Bodysnatchers & The Specials membuat ska menjadi sesuatu yang segar dengan mengolah nomor-nomor ska klasik dari Prince Buster (Roughrider, Madness, Too hot, dll.) & artis-artis gelombang pertamanya.Band lain yang tidak termasuk 2Tone tetapi berasosiasi dengan gerakan 2Tone adalah Bad Manners. Ada juga persilangan dengan artis gelombang pertama dengan band 2Tone (Rico Rodriguez adalah pemain trombone yang menjadi additional player pada kelompok The Specials, anak murid dari pemain trombone ternama Don Drummond & sering dipakai sebagai musisi studio do Jamaika)

Pada akhirnya Chrysalis Records membeli 2Tone dari Dammers dengan keputusan menandatangani perjanjian kontrak dengan band-band 2Tone lainnya. Termasuk antara lain: The Specials, The Selecter, Madness, Rico Rodriguez, The Swinging Cats, The Friday Club, The Bodysnatchers, The Hisons, JB Allstars, Specials AKA, The Apollonairs, The Beat (di Amerika di kenal dengan nama 'The English Beat' karena sudah ada band yang memakai nama The Beat) & sebuah single dari Elvis Costello. (catatan: single Elvis Costello tersebut berjudul "I can't stand up for falling down" menjadi permasalahan & tidak pernah di jual. Copy lagu tersebut diberikan secara gratis kepada penggemar Costello pada saat pertunjukannya. Costello memproduseri debut album The Specials & menjadi guest singer sekaligus produser untuk single The specials AKA yang berjudul Nelson Mandela 12".

Tahun 1985 2Tone label bubar. Dammers mengalami kebangkrutan terhadap perusahaan Chrysalis. Band-band 2Tone mengalami masa popularitasnya dari tahun1978-1985 walau bagaimanapun bukan hanya 2Tone yang memainkan musik ska. Diantara band-band lainnya adalah The Tigers, Ska City Rockers, The Akrylykz (dengan Roland Gift pada tenor sax, yang kemudian bergabung bersama mantan anggota The English Beat Cox, & Steele yang belakangan menjadi penyanyi di Fine Young Cannibals), The Employees, The Piranhas, dan masih banyak lagi ...


Hal tersebut menutup gelombang kedua musik ska ...pada gelombang ketiga: dengan berakhirnya 2Tone & gelombang kedua, musik ska menjadi sempit namun tidak menjadi musik yang usang. Adalah The Toasters (pernah merilis single dibawah nama 'Not Bob Marley'), Bim Skala Bim, The Untouchables & Fishbone yang menjadikan tradisi dalam mencampur beat ska dengan unsur unsur musik lainnya seperti pop, rock dan beat-beat lainnya.

[sunting] Gelombang Ke Tiga (Third Wave)

Keberadaan gelombang ketiga musik ska terdiri dari berbagai bentuk dengan mengkombinasikan hampir setiap jenis musik yang kira-kira dapat dikawinkan dengan irama ska. Band-band seperti Jump With Joey, Hepcat, Yebo, NY Ska Jazz Ensemble & Stubborn Allstars tetap bermain pada akar ska Jamaika. Operation Ivy, Voodoo Glow Skulls, Mighty Mighty Bosstones, dll. menggunakan energi punk untuk menciptakan ska-core. Regatta 69, Fillibuster, Urban Blight, dll. tetap bertahan pada corak Reggae/Rocksteady beat. Punch The Clown, Undercover S.K.A., dll. mencirikan pengaruh dari gaya 2Tone. Yang menarik adalah band asal Florida, Pork Pie Tribes menggabungkan beat ska dengan musik tradisional Irlandia. Hal lain yang lebih menarik adalah grup band The Brownies yang mencampurkan ska dengan apa saja !!

Imej Rude Boy/Rude Girl hadir kembali pada gelombang ketiga, namun kali ini tidak sebagai pemberontak. Tetapi sebagai suporter yang fanatik dengan musik ska. Digelombang ketiga ini juga terdapat hal-hal yang tidak pernah ada pada awal gelombang pertama (beberapa diantaranya ada yang tidak pernah di mengerti) seperti 'Straight Edge' dengan logo 'X' ditangan, boneheads, OI/SKA, Skinhead Against Racial Prejudiced (SHARP's) juga konsep-konsep 'sell outs'. Ada beberapa aspek diantaranya yang belum berubah: ska masih menjadi musik kalangan remaja, setiap pertunjukan ska dapat disaksikan oleh segala umur & tidak terlalu mahal untuk mengakomodasikannya. Disamping itu juga ska masih membentuk beat yang unik & harmonis walaupun digabungkan dengan unsur-unsur musik lainnya. & orang-orang pun masih banyak yang menikmatinya.

Jelang Chelsea vs MU
'Setan Merah' Bidik yang Pertama Sejak 2002
Kris Fathoni W - detiksport


Reuters
Manchester - Chelsea punya rekor kandang bagus musim ini. Saat lawannya Manchester United, Stamford Bridge bahkan kian kokoh lagi. Tapi 'Setan Merah' akan datang dengan niat menghancurkan ketangguhan itu.

Lima partai kandang Liga Primer sejauh ini dijalani Chelsea dengan rekor kemenangan seratus persen. Tak pelak ini akan jadi seruan kewaspadaan tersendiri untuk MU yang notabene juga punya rekor buruk di markas Chelsea beberapa tahun belakangan.

Semenjak tahun 2002, MU belum pernah mencicipi kemenangan lagi di Stamford Bridge saat keduanya berhadapan di ajang Liga Primer. Kali terakhir MU pulang dengan tiga angka dari kandang Chelsea adalah pada 20 April 2002 lalu saat menang 3-0.

Setelah itu MU hanya mampu tiga kali bermain seri dan kalah empat kali kalah dalam tujuh lawatannya ke kandang Chelsea. Kali terakhir keduanya berhadapan di Bridge, skor 1-1 hadir dengan gol Park Ji Sung untuk MU dan balasan Chelsea dari Salomon Kalou.

"Mereka adalah tim tangguh. Kami sama-sama mengejar gelar dalam enam tahun atau lima tahun terakhir, dan kedua tim saling menghormati. Kami tahu akan menghadapi apa, akan jadi tantangan berat untuk kami di Stamford Bridge," aku Darren Fletcher di situs MU.

"Mereka punya catatan luar biasa di sana, tapi tergantung untuk kami untuk datang ke sana dan meraih kemenangan," seru gelandang MU itu melanjutkan.

Kemenangan tersebut, imbuh Fletcher, sangatlah krusial dalam usaha MU mempertahankan gelar. "Perjalanan masih panjang, tapi partai di hari Minggu bisa berperan penting secara psikologis."

"(Tapi) Kami hanya akan fokus ke diri sendiri, kami tahu mampu ke sana dan menang. Takkan mudah, tapi kami akan datang dengan rencana dan manajer punya opsi dalam memilih tim, dan kami akan berusaha memetik hasil (penuh)," tegas Fletcher.

Pertemuan Chelsea vs MU di Bridge delapan musim terakhir:

Chelsea 1-1 Manchester United 21-09-2008
Chelsea 2-1 Manchester United 26-04-2008
Chelsea 0-0 Manchester United 09-05-2007
Chelsea 3-0 Manchester United 29-04-2006
Chelsea 1-0 Manchester United 15-08-2004
Chelsea 1-0 Manchester United 30-11-2003
Chelsea 2-2 Manchester United 23-08-2002
Chelsea 0-3 Manchester United 20-04-2002